INTELEJEN BISNIS
MEMENUHI TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
NAMA
AYUSTA MARDIANA
11130037
STIE BANK BPD JATENG
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
BAB I
A.
LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B.
RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
BAB II
A.
INTELEGEN
BISNIS .................................................................................. 3
B.
SEJARAH INTELEGENSI BISNIS .................................................................... 4
C.
GUDANG DATA (DATA WAREHOUSE) 5
D.
PERBANDINGAN DENGAN INTELIGENSI
KOMPETITIF 5
E.
PERBANDINGAN DENGAN ANALITIS BISNIS 6
F.
APLIKASI DALAM SEBUAH PERUSAHAAN 6
G.
PRIORITAS PROYEK 7
H.
FAKTOR SUKSES DARI IMPLEMENTASI 8
I.
DUKUNGAN BISNIS 8
J.
KEBUTUHAN BISNIS ....................................................................................... 9
K.
ASPEK PENGGUNA ..................................................................................... 10
L.
PANGSA PASAR ..................................................................................... 11
M.
SPESIFIK-INDUSTRI ..................................................................................... 11
N.
DATA SEMI-TERSTRUKTUR DAN TAK TERSTRUKTUR 12
O.
MASALAH DENGAN DATA SEMI-TERSTRUKTUR ATAU TAK-TERSTRUKTUR .. 13
P.
PENGGUNAAN METADATA ........................................................................... 14
Q.
MASA DEPAN 14
BAB III
KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah
SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Managemen.
Sistem
Informasi adalah sekumpulan komponen dari informasi yang saling terintegrasi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Komponen yang dimaksud adalah komponen
input, model, output, teknologi, basis data (data base), kontrol atau komponen
pengendali. Terdapat pula sistem
informasi manajemen intelejensi bisnis ( BI) yang akan dikupas dalam makalah
ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang kaitan
menganalisis bisnis agar tercapai tujuan sesuai harapan sebuah perusahaan, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa STIE BANK BPD JATENG. Saya sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
AYUSTA MARDIANA
BAB I
PENDAHULUAN 1
A.
LATAR BELAKANG
Informasi yang
menjelaskan elemen elemen dalam lingkungan perusahaan dinamakan Intelejen. Sistem
informasi intelijen secara otomatis bertugas mencari dan menganalisis informasi
tentang lingkungan sosial, politik, hukum, peraturan perundangan dan ekonomi
dari satu atau lebih negara disamping juga tentang kesehatan dan prospek masa
depan industri dimana perusahaan bersangkutan merupakan bagian didalamnya serta
juga tentang pesaingnya.
Sistem informasi intelijen akan memberikan informasi perencanaan yang
para manajer tidak menerima dari sumber lain. Sumber informasi intelijen :
1.
Lembaga pemerintah.
2.
Asosiasi perdagangan industri
3.
Perusahaan riset pasar swasta
4.
Media massa
5.
Kajian khusus yang dilakukan organisasi
Informasi
yang diperoleh akan digunakan untuk memahami strategi pesaing, pergeseran halus
dalam selera konsumen. Unsur pokok
dalam informasi intelijen :
1.
Profil keperluan informasi dari manajer
2.
Sistem penggalian informasi manajemen
3.
Sistem pengkodean dan penyimpanan.
4.
Sistem analisis data
5.
Kajian khusus
6.
Sistem pelaporan
7.
Pedoman penghapusan data.
Sistem
intelijen dapat memberikan banyak keuntungan bagi suatu perusahaan atau
lembaga. Sekarang ini tidak hanya perusahaan besar yang memiliki sistem
intelijen banyak perusahaan kecil yang juga mempunyai.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
pengertian dari Business Intelligence ?
2.
Apakah
tujuan bisnis intelejen ?
3.
Apakah
perbedaan bisnis intelejen dengan intelegensi kompetitif?
4.
Apakah
factor factor untuk mencapai kesuksesan mengimplementasikanproyek IB?
5.
Apakah
pengertian dari gudang data ( Data Warehouse )?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INTELEGEN
BISNIS
Inteligensi Bisnis (IB) adalah sekumpulan
teknik dan alat untuk mentransformasi dari data mentah menjadi informasi yang
berguna dan bermakna untuk tujuan analisis bisnis. Teknologi
IB dapat menangani data yang tak terstruktur dalam jumlah yang sangat besar
untuk membantu mengidentifikasi, mengembangkan, dan selain itu membuat
kesempatan strategi bisnis yang baru. Tujuan dari IB yaitu untuk memudahkan
interpretasi dari jumlah data yang besar tersebut. Mengidentifikasi kesempatan
yang baru dan mengimplementasikan suatu strategi yang efektif berdasarkan
wawasan dapat menyediakan bisnis suatu keuntungan pasar yang kompetitif dan
stabilitas jangka panjang.
Teknologi IB menyediakan riwayat, pandangan sekarang
dan prediksi dari operasi bisnis. Fungsi-fungsi umum dari teknologi inteligensi
bisnis adalah pelaporan, pemrosesan analisis
daring, analitis, penggalian
data, penggalian proses, pemrosesan
kejadian kompleks, manajemen
performansi bisnis, pengukuran, penggalian teks, analitis prediktif dan analitis preskriptif.
IB dapat digunakan untuk mendukung sejumlah besar
keputusan bisnis mulai dari operasi sampai strategis. Keputusan operasi
termasuk penempatan dan harga produk. Keputusan strategis termasuk prioritas,
tujuan dan arah pada tingkat yang lebih luas. Pada semua kasus, IB lebih
efektif bila digabungkan dengan data yang didapat dari pasar tempat perusahaan
beroperasi (data eksternal) dengan data dari sumber internal bisnis perusahaan
seperti data operasi dan finansial (data internal). Bila digabungkan, data
eksternal dan internal bisa menyediakan gambaran yang lebih lengkap, yang
efeknya, menciptakan "inteligensi" yang tidak dapat diturunkan dari
kumpulan data tunggal manapun.
Inteligensi Bisnis dibangun dari sejumlah komponen
termasuk:
·
Alokasi
dan agregasi multidimensi
·
Denormalisasi, penandaan dan
standarisasi
·
Pelaporan
seketika dengan peringatan analitis
·
Sebuah
metode antarmuka terhadap sumber data tak terstruktur
·
Perkiraan
konsolidasi grup, anggaran dan perpindahan (pegawai)
·
Inferensi statistik
dan simulasi probabilitas
·
Optimisasi
kunci indikasi performansi
·
Pengontrolan
versi dan manajemen proses
·
Manajemen
item terbuka
B.
SEJARAH
INTELEGENSI BISNIS
Istilah "Inteligensi Bisnis" awalnya ditemukan oleh Richar
Millar Devens dalam "Cyclopedia
of Commercial and Business Anecdotes" pada tahun 1865. Devens
menggunakan istilah tersebut untuk menjelaskan bagaimana seorang bankir, Sir
Henry Furnese, mendapatkan profit dengan memainkan informasi tentang
lingkungannya, sebelum kompetitornya. "Sepanjang Holandia, Flanders, Perancis, dan Jerman, dia memelihara
rentetan inteligensi bisnis yang komplit dan sempurna. Berita-berita
dari banyak pertempuran pertama kali diterima olehnya, dan jatuhnya Namur
menambah keuntungannya, berkat penerimaan paling awal dari berita." (Devens, (1865), p. 210).
Kemampuan untuk mengumpulkan dan bereaksi berdasarkan informasi yang diterima,
suatu kemampuan yang Furnese sangat handal, sampai sekarang masih menjadi
jantung dari IB.
Dalam artikel tahun 1958, peneliti dari IBM Hans Peter Luhn
menggunakan istilah inteligensi bisnis. Dia menggunakan definisi kamus Webster
tentang inteligensi: "kemampuan untuk memahami hubungan mendalam dari
fakta yang ada dengan suatu cara sebagai panduan aksi terhadap tujuan yang
diinginkan."
Inteligensi bisnis seperti yang dipahami sekarang dikatakan telah
berkembang dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang mulai dari tahun 1960-an
dan berkembang sepanjang pertengahan 1980-an. SPK berasal dari model
dibantu-komputer yang dibuat untuk membantu dalam pembuatan keputusan
dan perencanaan. Dari SPK, gudang data, Sistem Informasi Eksekutif, OLAP dan inteligensi bisnis muncul
menjadi fokus pada akhir 80-an.
Di tahun 1988, konsorsium Itali-Belanda-Prancis-Inggris melaksanakan
pertemuan internasional tentang Analisis Data
Ragamcara di Roma.Tujuan utamanya yaitu untuk mereduksi beragam dimensi
menjadi satu atau dua (dengan mendeteksi pola pada data) yang dapat
dipresentasikan pada pembuat-keputusan manusia.
Pada tahun 1989, Howard Dresner (kemudian sebagai analis Gartner Group) mengajukan
"inteligensi bisnis" sebagai istilah umum untuk menjelaskan
"konsep dan metode untuk meningkatkan pembuatan keputusan bisnis dengan
menggunakan sistem bantu berdasar-fakta.Baru pada akhir 1990-an penggunaan ini
menyebar luas.
C. GUDANG DATA (DATA WAREHOUSE)
Seringkali aplikasi IB menggunakan data yang dikumpulkan dari suatu gudang
data (GD) atau dari pasar data, dan konsep dari IB
dan GD terkadang digabungkan sebagai "IB/GD" (atau "BI/DW")
atau "IBGD". Suatu gudang data mengandung salinan dari data
analitis yang memfalisitasi pendukungan keputusan. Namun, tidak semua layanan
gudang data untuk inteligensi bisnis, tidak juga semua aplikasi inteligensi
bisnis membutuhkan sebuah gudang data.
Untuk membedakan antara konsep dari inteligensi bisnis dan gudang data, Forrester Research
mendefinisikan inteligensi bisnis dengan satu atau dua cara:
1.
Menggunakan
definisi luas: "Inteligensi Bisnis adalah suatu kumpulan metodologi,
proses, arsitektur, dan teknologi yang mengubah data mentah menjadi informasi
yang bermakna dan berguna digunakan untuk mendapatkan strategi yang lebih
efektif dan taktis, dan wawasan operasional dan pengambilan-keputusan." Di
bawah definisi ini, inteligensi bisnis juga mengikutkan teknologi seperti
integrasi data, kualitas data, penggudangan data, manajemen data-master,
analitis konten dan teks, dan banyak lainnya yang terkadang pasar menyatukannya
ke segmen "Manajemen Informasi"".
Oleh karena itu, Forrester mengacu pada persiapan
data dan penggunaan data
sebagai dua bagian yang terpisah tapi pada segmen yang berkaitan dekat dari
susunan arsitektur inteligensi-bisnis.
2.
Forrester
mendefinisikan pasar inteligensi-bisnis yang lebih kecil sebagai, "...
mengacu hanya pada lapisan paling atas dari susunan arsitektural IB seperti pelaporan,
analitis dan dasbor."
D. PERBANDINGAN DENGAN INTELIGENSI KOMPETITIF
Walaupun istilah inteligensi bisnis terkadang sinonim untuk inteligensi kompetitif
(karena keduanya mendukung pembuatan keputusan),
IB menggunakan teknologi, proses, dan aplikasi untuk menganalisis data terstruktur
dan proses bisnis yang umumnya internal; sementara inteligensi kompetitif
mengumpulkan, menganalisis dan menyebarluaskan informasi dengan fokus topik
pada pesaing perusahaan. Jika dipahami secara luas, inteligensi bisnis bisa
mengikutkan bagian dari inteligensi kompetitif.
E. PERBANDINGAN DENGAN ANALITIS BISNIS
Inteligensi bisnis dan analitis bisnis terkadang
digunakan bergantian, tapi ada definisi alternatif. Salah satu definisi membedakan keduanya, menyatakan bahwa
istilah inteligensi bisnis mengacu pada mengoleksi data bisnis untuk menemukan
informasi terutama lewat mengajukan pertanyaan, laporan, dan proses analitis
daring. Analitis bisnis, di sisi lain, menggunakan alat statistik dan
kuantitatif untuk pemodelan yang prediktif dan bisa dijelaskan.
Dalam definisi alternatif, Thomas Davenport,
profesor manajemen dan teknologi informasi di Babson College berargumen
bahwa inteligensi bisnis seharusnya dibagi menjadi querying, pelaporan, Pemrosesan analitis
daring (Online analytical
processing - OLAP), sebuah alat "peringatan", dan analitis
bisnis. Dalam definisi ini, analitis bisnis adalah bagian dari IB yang berfokus
pada statistik, prediksi, dan optimisasi, bukan melaporkan fungsionalitas.
F. APLIKASI DALAM SEBUAH PERUSAHAAN
Inteligensi bisnis bisa diterapkan untuk tujuan bisnis berikut, dengan
tujuan untuk mendapatkan nilai bisnis.
1. Perkiraan - program yang membuat
hirarki dari metrik performansi
(lihat juga Model Referensi Metrik)
dan pengukuran
yang menginformasikan pimpinan bisnis tentang progres kearah tujuan bisnis (manajemen proses
bisnis).
2. Analitis - program yang membuat
proses kuantitatif supaya sebuah bisnis mencapai keputusan yang optimal dan
melakukan penemuan pengetahuan bisnis. Biasanya mengikutkan: penggalian
data, penggalian proses, analisis statistik, analitis prediksi, pemodelan prediksi, pemodelan proses bisnis,
silsilah data, pemrosesan
kejadian kompleks dan analitis preskriptif.
3. Pelaporan/pelaporan perusahaan
- program yang membangun infrastruktur untuk laporan strategis untuk melayani
manajemen strategis dari suatu bisnis, bukan pelaporan operasional. Seringkali
mengikutkan visualisasi data, sistem informasi eksekutif dan OLAP.
4. Kolaborasi/platform kolaborasi -
program yang membuat wilayah yang berbeda (baik dalam dan luar bisnis) bekerja
sama lewat berbagi data dan pertukaran data elektronik.
5. Manajemen pengetahuan - program yang membuat
data perusahaan diarahkan oleh strategi dan praktik untuk mengidentifikasi,
membuat, merepresentasikan, menyalurkan, dan mengadopsi wawasan dan pengalaman
yang benar-benar berpengetahuan bisnis. Manajemen pengetahuan mengarah ke manajemen pembelajaran
dan penyesuaian peraturan.
Sebagai tambahan dari yang di atas, inteligensi bisnis bisa menyediakan
pendekatan pro-aktif, seperti fungsi peringatan yang secara langsung
mengingatkan pengguna jika suatu kondisi tertentu tercapai. Sebagai contohnya,
jika suatu metrik bisnis melampaui batas yang telah ditentukan, metrik tersebut
akan diwarnai dalam laporan standar, dan ahli analis bisnis diperingatkan lewat
email atau layanan pengawasan lainnya. Proses ini membutuhkan pengaturan data,
yang seharusnya ditangani oleh ahlinya.
G. PRIORITAS PROYEK
Akan sangat sulit untuk menyediakan kasus bisnis yang positif untuk
inisiatif inteligensi bisnis, dan terkadang proyek tersebut harus diprioritaskan
lewat inisiatif strategis. Proyek IB bisa mendapatkan prioritas tinggi dalam
organisasi jika manajer mempertimbangkan hal-hal berikut:
· Seperti yang dijelaskan oleh
Kimball manajer IB harus menentukan keuntungan yang jelas seperti mengeliminasi
biaya dari memproduksi laporan terdahulu.
· Akses data untuk seluruh
organisasi harus dipaksa. Dengan cara ini bahkan keuntungan kecil, seperti
hematnya waktu beberapa menit, membuat perbedaan jika dikalikan dengan jumlah
pekerja dalam seluruh organisasi.
· Seperti yang dijelaskan oleh
Ross, Weil dan Roberson untuk Arsitektur Perusahaan, manajer harus
mempertimbangkan untuk membiarkan proyek BI diarahkan oleh inisiatif bisnis
lainnya dengan kasus bisnis yang lebih bagus. Untuk mendukung pendekatan ini,
organisasi harus memiliki arsitektur bisnis yang dapat menentukan proyek bisnis
yang sesuai.
· Menggunakan suatu metodologi yang
terstruktur dan kuantitatif untuk menciptakan prioritas yang dapat
dipertahankan sejajar dengan kebutuhan sebenarnya dari organisasi, seperti
matriks keputusan berbobot.
H. FAKTOR SUKSES DARI IMPLEMENTASI
Menurut Kimball dkk., ada tiga wilayah kritis yang mana organisasi harus
miliki sebelum mulai melakukan proyek IB:
1.
Tingkat
komitmen dan dukungan proyek dari senior manajemen
2.
Tingkat
kebutuhan bisnis untuk menciptakan sebuah implementasi IB
3.
Jumlah
dan kualitas dari data bisnis yang ada.
I. DUKUNGAN BISNIS
Sangatlah penting bahwa personil yang berpartisipasi dalam proyek
memiliki visi dan ide tentang keuntungan dan kerugian dari implementasi sistem
IB. Dukungan bisnis yang baik harus memiliki pengaruh kuat dalam organisasi dan
harus berhubungan baik dalam organisasi. Ideal bila pendukung bisnis menuntut
tapi juga harus mampu bersikap realistik dan suportif jika implementasi
menghadapi keterlambatan atau kekurangan. Sokongan manajemen juga harus mampu
mengasumsikan akuntabilitas dan bertanggung jawab terhadap kegagalan dan
kemunduran dari proyek. Dukungan dari berbagai anggota manajemen memastikan
proyek tidak gagal jika salah seorang keluar dari grup utama. Namun, banyaknya
manajer yang bekerja sama dalam proyek bisa juga berarti akan adanya
kepentingan berbeda yang mencoba menarik proyek ke arah yang berbeda, seperti
jika suatu departemen menginginkan pengaruh penggunaan yang lebih kuat pada sisinya.
Masalah ini bisa diatasi dengan analisis yang spesifik dari awal terhadap
wilayah bisnis yang menguntungkan implementasi kesemuanya. Semua pemegang saham
dalam proyek harus berpartisipasi dalam analisis dengan tujuan supaya mereka
merasakan kepemilikan dari proyek dan untuk menemukan kesamaan.
Permasalahan manajemen yang lain yang harus dihadapi sebelum memulai
implementasi yaitu jika pendukung bisnis terlalu agresif. Jika individu
manajemen terbawa oleh kemungkinan-kemungkinan penggunaan IB dan mulai menginginkan
implementasi GD atau IB untuk memasukan beberapa kumpulan data yang berbeda
yang pada tahap perencanaan awal tidak diikutkan. Namun, karena implementasi
tambahan dari data tambahan bisa menambah jumlah waktu dari rencana semula,
akan lebih bijak untuk memastikan orang dari manajemen sadar dari aksi mereka.
J. KEBUTUHAN BISNIS
Karena keterkaitan yang dekat dengan senior manajemen, hal penting yang
harus diperhatikan sebelum proyek dimulai adalah apakah ada kebutuhan bisnis
dan apakah jelas keuntungan bisnis dengan melakukan implementasi. Kebutuhan dan
keuntungan dari implementasi terkadang diarahkan oleh kompetisi dan keinginan
untuk mendapatkan keuntungan di pasar. Alasan lain untuk pendekatan
berbasis-bisnis untuk implementasi IB adalah akuisisi organisasi lain untuk
memperbesar organisasi awal terkadang menguntungkan untuk mengimplementasikan
GD atau IB dengan tujuan untuk membuat pengawasan yang lebih.
Perusahaan yang mengimplementasikan IB biasanya organisasi yang besar dan
multinasional dengan cabang yang beragam. Solusi IB yang dirancang baik
menyediakan pandangan konsolidasi dari kunci data bisnis yang tidak ada di
tempat lainnya di dalam organisasi, memberikan manajemen visibilitas dan
kontrol terhadap pengukuran yang sebelumnya tidak ada.
Langkah-langkah penting dari inteligensi bisnis ini mengikutkan, tapi
tidak terbatas pada, hal-hal berikut:
1. Langsung ke sumber data untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan
2. Mengubah data bisnis menjadi
informasi dan berikan secara tepat
3. Query dan analisis data
4. Beraksi terhadap data yang
terkumpulkan
Aspek kualitas dalam inteligensi bisnis harus mencakup semua
proses dari sumber data sampai pelaporan akhir. Pada setiap langkah, gerbang
kualitas-nya berbeda:
1. Sumber data:
o Standarisasi data: agar data
dapat dibandingkan (unit yang sama, pola yang sama, dsb.)
o Manajemen Master Data:
referensial yang unik
o Pembersihan data:
mendeteksi dan mengoreksi data yang salah
o Pemrofilan data: memeriksa nilai
yang salah atau kosong
3. Gudang
data:
o Kelengkapan: memeriksa apakah
semua data telah dimuat
o Integritas referensial:
unik dan referensial terhadap semua sumber
o Konsistensi antara sumber:
memeriksa data konsolidasi terhadap sumber
4. Pelaporan:
o indikator keunikan: hanya satu
kamus indikator yang dibagikan
o Akurasi formula: formula
pelaporan lokal harus dihindari atau diperiksa
K. ASPEK PENGGUNA
Beberapa pertimbangan harus dibuat dengan tujuan supaya sukses
mengintegrasikan penggunaan dari sistem inteligensi bisnis dalam sebuah
perusahaan. Pada akhirnya sistem IB harus diterima dan digunakan oleh pengguna
supaya bernilai bagi perusahaan.
Jika usabilitas dari sistem sangat
buruk, para pengguna bisa frustasi dan menghabiskan banyak waktu memahami
bagaimana cara menggunakan sistem atau mungkin tidak benar-benar bisa
menggunakan sistem. Jika sistem tidak memberikan nilai tambah bagi misi pengguna,
mereka tidak menggunakannya.
Untuk meningkatkan penerimaan pengguna terhadap suatu sistem IB,
disarankan untuk mengkonsultasikan pengguna bisnis pada tahap awal siklus
GD/IB, sebagai contohnya pada fase pengumpulan kebutuhan. Hal ini bisa
menyediakan wawasan terhadap proses
bisnis dan apa yang pengguna butuhkan dari sistem IB. Ada beberapa metoda
untuk mengumpulkan informasi ini, seperti kuesioner dan sesi wawancara.
Saat mengumpulkan kebutuhan dari pengguna bisnis, departemen IT lokal
juga harus diikutkan untuk menentukan sampai mana kemungkinan memenuhi
kebutuhan bisnis berdasarkan data yang ada.
Menggunakan pendekatan berpusat pada pengguna selama tahap perancangan
dan pengembangan bisa meningkatkan kesempatan adopsi bagi pengguna sistem IB.
Selain berfokus pada pengalaman user yang diberikan oleh aplikasi IB,
juga memungkinkan memotivasi pengguna menggunakan sistem dengan menambahkan
elemen kompetisi. Kimball menyarankan mengimplementasikan suatu fungsi pada
portal situs IB di mana laporan tentang penggunaan sistem bisa ditemukan.
Dengan melakukan hal tersebut, manajer bisa melihat bagaimana departemennya
bekerja dan membandingkan dirinya dengan yang lainnya dan hal ini bisa memacu
mereka untuk mendorong staf mereka menggunakan sistem IB lebih sering.
Dalam sebuah artikel tahun 2007, H. J. Watson memberikan sebuah contoh
bagaimana elemen kompetitif dapat berguna sebagai sebuah insentif. Watson
menjelaskan bagaimana suatu pusat panggilan mengimplementasikan dasbor
performansi untuk semua agen panggilan, dengan bonus insentif perbulan dikaitkan
dengan metrik performansi. Juga, agen dapat membandingkan performansi mereka
dengan anggota tim lainnya. Implementasi dari tipe pengukuran performansi ini
dan kompetensi secara signifikan meningkatkan performansi agen.
Kesempatan sukses untuk IB dapat ditingkatkan dengan mengikutkan senior
manajemen untuk membantu membuat IB sebagai bagian dari kultur
organisasi, dan dengan menyediakan pengguna dengan alat-alat yang berguna,
pelatihan, dan dukungan. Pelatihan mendorong lebih banyak orang menggunakan
aplikasi IB.
Menyediakan bantuan pengguna sangat diperlukan untuk menjaga sistem IB
dan menyelesaikan permasalahan pengguna. Dukungan pengguna dapat diikutkan
dengan berbagai cara, sebagai contohnya dengan membuat sebuah situs. Situs
tersebut harus memiliki isi yang bagus dan alat untuk mencari informasi yang
diperlukan. Lebih lanjut, dukungan helpdesk
bisa digunakan. Help desk bisa
dijalankan oleh pengguna ahli atau tim proyek GD/IB.
L. PANGSA PASAR
Ada sejumlah vendor inteligensi bisnis, terkadang dikategorikan menjadi
vendor independen "murni" dan gabungan "megavendor" yang
memasuki pasar lewat tren baru akuisisi dalam industri IB.
Beberapa perusahaan yang mengadopsi perangkat lunak IB memutuskan untuk
memilih dari penawaran produk yang terpisah (tapi yang terbaik) dibandingkan
membeli satu solusi yang terintegrasi secara komprehensif (layanan penuh).
M. SPESIFIK-INDUSTRI
Pertimbangan khusus untuk sistem inteligensi bisnis harus dilakukan pada
sektor-sektor tertentu seperti regulasi bank pemerintahan.
Informasi yang dikumpulkan oleh institusi bank dan dianalisis dengan perangkat
lunak IB harus dilindungi dari grup atau individu tertentu, dan tersedia penuh
untuk grup atau individu lainnya. Oleh karena itu solusi IB harus sensitif
terhadap kebutuhan tersebut dan cukup fleksibel untuk beradaptasi terhadap
regulasi baru dan perubahan terhadap hukum yang ada.
N. DATA SEMI-TERSTRUKTUR DAN TAK TERSTRUKTUR
Bisnis menciptakan sejumlah besar informasi berharga dalam bentuk surel,
memo, catatan dari pusat panggilan, berita, grup pengguna, percakapan, laporan,
halaman situs, presentasi, berkas gambar, berkas video, dan berita dan materi
pemasaran. Menurut Merrill Lynch, lebih dari 85% dari informasi bisnis ada
dalam bentuk tersebut. Tipe informasi seperti ini disebut data semi terstruktur atau tak terstruktur. Bagaimanapun juga, organisasi sering kali
hanya menggunakan dokumen-dokumen itu sekali saja.
Manajemen dari data semi terstruktur dikenal sebagai masalah utama yang
tak terpecahkan dalam industri teknologi informasi. Menurut proyeksi dari
Gartner (2003), pegawai kantor menghabiskan 30 sampai 40 persen waktunya
mencari, menemukan dan menilai data tak terstruktur. IB menggunakan data semi
struktur dan tak terstruktur, tapi yang pertama lebih mudah dicari, dan yang terakhir
berisi informasi yang sangat besar dibutuhkan untuk analisis dan pembuatan
keputusan. Karena kesulitan pada pencarian, penemuan dan penilaian yang baik
dari data semi terstruktur dan tak terstruktur, organisasi mungkin tidak
menggunakan informasi yang luas tersebut, yang bisa mempengaruhi keputusan
tertentu, pekerjaan atau proyek. Hal ini akhirnya mengarah pada buruknya
informasi pembuatan keputusan.
Oleh karena itu, saat merancang solusi GD/IB, masalah tertentu yang
berhubungan dengan data semi terstruktur dan tak terstruktur haruslah ditangani
sebagaimana halnya dengan data terstruktur.
Data Tak Terstruktur Terhadap Data Semi-Terstruktur
Data tak terstruktur dan semi terstruktur memiliki makna yang berbeda
bergantung pada konteksnya. Pada konteks sistem database relasional, data tak
terstruktur tidak dapat disimpan dalam susunan kolom dan baris yang terprediksi.
Salah satu tipe dari data tak terstruktur biasanya disimpan dalam BLOB (binary large object), tipe data penampung-semua yang ada di
hampir semua sistem manajemen database relasional.
Data tak terstruktur juga bisa mengacu pada pola kolom berulang yang tidak
teratur atau acak yang beragam disetiap baris dalam berkas atau dokumen.
Kebanyakan tipe data seperti itu, seperti surel, berkas teks, presentasi,
berkas gambar, dan berkas video memenuhi standar yang memberikan kemungkinan
adanya metadata. Metadata bisa mengikutkan informasi seperti penulis dan waktu
dibuat, dan itu bisa disimpan dalam database relasional. Oleh karena itu, akan
lebih akurat berbicara tentang hal ini sebagai dokumen atau data
semi-terstruktur, tapi tampaknya belum ada konsensus tertentu yang telah
tercapai.
Data tak terstruktur juga bisa menjadi pengetahuan yang pengguna bisnis
miliki tentang tren bisnis di masa depan. Peramalan bisnis secara alami
menyesuaikan dengan sistem IB karena pengguna bisnis berpikir tentang bisnis
mereka dalam makna keseluruhan. Menangkap pengetahuan bisnis yang mungkin hanya
ada dalam pikiran pengguna bisnis menyediakan nilai data paling penting untuk
sebuah solusi IB yang komplit.
O. MASALAH DENGAN DATA SEMI-TERSTRUKTUR ATAU TAK-TERSTRUKTUR
Ada beberapa tantangan dalam mengembangkan IB dengan data
semi-terstruktur. Menurut Inmon dan Nesavich, beberapa diantaranya yaitu:
1.
Secara
fisik mengakses data tekstual tak-terstruktur - data tak terstruktur disimpan
dalam berbagai format.
2.
Terminologi
- Di antara peneliti dan analis, ada kebutuhan untuk mengembangkan termilogi
yang standar.
3.
Volume
data - Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, sampai 85% dari semua data yang
ada adalah semi-terstruktur. Gabungkan hal tersebut dengan kebutuhan untuk
analisis semantik dan kata-per-kata.
4.
Pencarian
dari data tekstual tak-terstruktur - Pencarian sederhana pada beberapa data,
misalnya apel, menghasilkan tautan yang memiliki acuan terhadap istilah yang
dicari. [36]
Sebagai contoh: "suatu pencarian dilakukan untuk istilah tindak pidana.
Dalam pencarian sederhana, istilah tindak pidana digunakan, dan di mana pun ada
suatu acuan ke kata tindak pidana, sampai pada dokumen tak terstruktur. Tapi
pencarian yang sederhana adalah kasar. Ia tidak menemukan referensi ke
kriminal, aksi pembakaran, pembunuhan, penggelapan, kematian karena tabrakan,
dan lainnya, walaupun jenis kejahatan ini adalah tipe dari tindak pidana."
P. PENGGUNAAN METADATA
Untuk menangani masalah pencarian dan penilaian dari data, sangat diperlukan
untuk mengetahui tentang isinya. Hal ini bisa dilakukan dengan menambahkan
konteks lewat penggunaan metadata. Banyak sistem telah menggunakan metadata
(misalnya, nama berkas, penulis, ukuran, dll), tapi yang lebih berguna tentu
metadata tentang apa yang ada dalam isi -- misalnya, kesimpulan, topik, orang
atau perusahaan yang disebutkan. Dua teknologi dirancang untuk menghasilkan
metadata tentang yaitu kategorisasi otomatis
dan ekstraksi informasi.
Q. MASA DEPAN
Tulisan Gartner
tahun 2009 memprediksikan perkembangan berikut dalam pasar inteligensi bisnis:
· Karena kurangnya informasi,
proses, dan perangkat, selama 2012, lebih dari 35 persen dari top 5000
perusahaan global secara regular gagal membuat keputusan yang berwawasan
tentang perubahan signifikan dalam pasar dan bisnis mereka.
· Pada 2012, unit-unit bisnis akan
mengontrol paling kurang 40 persen dari anggaran total untuk inteligensi
bisnis.
· Pada 2012, sepertiga dari
aplikasi analitis yang digunakan untuk proses bisnis akan diberikan dalam
bentuk aplikasi butiran-kasar mashup.
Laporan khusus Information
Management tahun 2009 memprediksi tren teratas dari IB: "komputasi
hijau, jasa jaringan sosial,
visualisasi data, IB seluler, analitis prediktif, aplikasi komposit, komputasi
awan dan multi-sentuh.". [38]
Penelitian yang dilakukan tahun 2014 mengindikasikan bahwa karyawan lebih
mungkin memiliki akses ke, dan lebih mungkin lagi terlibat dengan, perangkat IB
berbasis-awan daripada perangkat tradisional.
Tren IB lainya termasuk hal-hal berikut:
· Perusahaan
menerapkan pemrosesan dalam memory,
pemrosesan 64-bit, dan pra-paket aplikasi IB analitis.
· Aplikasi
operasional memiliki komponen IB, dengan peningkatan pada waktu respon, skala,
dan konkurensi.
· Analitis
IB yang tepat atau mendekati seketika adalah ekpektasi dasar.
· Perangkat
lunak sumber-berbuka
IB menggantikan penawaran dari vendor.
Jalur penelitian yang lain mengikutkan pengkajian gabungan dari IB dan
data tak pasti. Dalam konteks ini, data yang digunakan tidak diasumsikan harus
tepat, akurat dan komplit. Melainkan, data dianggap tidak pasti dan karenanya
ketidakpastian ini disebarkan ke hasil yang dikeluarkan oleh IB.
Menurut kajian dari Aberdeen Group, ada peningkatan ketertarikan dalam IB
Software-as-a-Service (SaaS - Perangkat lunak sebagai jasa) selama beberapa tahun
terakhir, dengan dua kali lipat organisasi menggunakan pendekatan ini setahun
lalu - 15% di tahun 2009 dibandingkan 7% di tahun 2008.
Sebuah artikel oleh Chris Kanaracus menunjukan pertumbuhan data yang sama
dari firma penelitian IDC, yang memprediksi pasar IB SaaS akan tumbuh 22 persen
setiap tahun sampai 2013 berkat meningkatnya kecanggihan produk, anggaran IT
yang ketat, dan faktor lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Business Intelligence berguna
pula untuk meninjau bagaimana informasi internal dan informasi eksternal
institusi atau perusahaan secara autentik, sehingga dapat menggerakkan
strategi-strategi bisnis, melaui proses pengambilan keputusan yang handal, baik
ketika melakukan perencanaan, pengorganisasian maupun pada tahap implementasi
dan pengendalian, sehingga institusi atau perusahaan mampu memenangkan
persaingan bisnisnya di era manajemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar